Selasa, 03 April 2018

ARTIKEL


KREATIVITAS YANG MENGGILA

“The worst enemy to creativity is self-doubt”
(Sylvia Plath)

Tulisan ini pernah dimuat di Buletin BBPK Kemenkes Jakarta
Edisi Edisi September 2017


Pendahuluan
Pernahkah mendengar atau melihat quote di atas ? Quote tersebut mempunyai arti kurang lebih : “Musuh utama kreativitas adalah ragu-ragu”. Sylvia Plath (27 Oktober193211 Februari1963) dikenal sebagai seorang penyair, novelis, cerpenis dan penulis esai asal Amerika Serikat. Salah satu novel semi-autobiografinya yang paling fenomenal adalah  The Bell Jaryang menceritakan perjuangan melawan depresi(Poetry Foundation, 2017). Namun pernahkah kita tahu bahwa untuk menjadi seseorang yang dikenal di zamannya saat itu, ia pun pernah mengalami stress, blocking, bingung, merasa tak punya satu ide, serta dilingkupi rasa ragu apakah karyanya akan disukai orang lain. Sampai akhirnya ia berusaha “meng-kreatif-kan” dirinya untuk meminimalisir semuanya itu dengan cara membuat mind map dan kemudian menulis bebas tanpa memperdulikan apapun. Bahkan ia pun membuat jadwal khusus untuk memperbanyak membaca dan menonton TV.

Saya seringkali mendapatkan fenomena dari lingkungan sekitar ataupun mendengar secara langsung ketika mahasiswa kesehatan under estimated dengan dirinya sendiri : “Saya tidak bisa, Bu. Saya kan tidak kreatif, yang lain saja, Bu. Dia (sambil menunjuk temannya) itu yang kreatif”. Saya tak habis pikir bagaimana bisa statement ini bisa muncul di kalangan well educated ? Sudahkah ada usaha untuk “meng-kreatif-kan” seperti yang dilakukan Sylvia Plath ?

Dunia pendidikan (termasuk di dalamnya institusi yang mencetak tenaga kesehatan) pun tampaknya juga hanya terpatri untuk terus meng-update kemampuan kognitif siswanya menjadi tenaga kesehatan yang full of knowledge, namun tidak full of creativity. Sebenarnya hal ini tidak hanya ditemui di dunia pendidikan kesehatan di Indonesia, namun juga di seluruh dunia pada umumnya. Karwowski (2010) menyatakan bahwa sifat kreatif seringkali dianggap sepele dan tidak dianggap penting ada dalam karakteristik seorang siswa yang diharapkan di institusi pendidikan.

Pembahasan
Satu hal yang harus disyukuri, perhatian dunia terhadap kreatifitas mulai mengalami pergeseran yang menggembirakan. Khususnya di bidang keperawatan, saat inituntutan global juga “memaksa’ perawat untuk lebih kreatif dalam membuat inovasi keperawatan. Kreatifitas seorang perawat mempunyai peran yang sangat signifikan dalam pemberian layanan kesehatan, terlebih jumlah perawat hampir mencapai 80% dari jumlah tenaga kesehatan secara keseluruhan di dunia (Isfahani, Hosseini, Khoshknab, & Khanke, 2015).

Karwowski (2010)pernah melakukan penelitian dengan responden 630 guru (84% guru perempuan) untuk mengidentifikasi 5 karakteristik orang yang kreatifitas. Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan adanya 5 karakteristik utama sehingga orang tersebut disebut kreatif atau tidak, yaitu : dinamis, cerdas, ramah dan mempunyai rasa empati (Cronbach’s  .80). Dalam penelitian tersebut, ia pun menunjukkan banyak hal-hal yang mengejutkan dimana dibuktikan bahwa sifat kreatif dapat membangun kehidupan yang lebih baik, memperkuat individu dan masyarakat sekitarnya, bahkan berpengaruh terhadap pembangunan bangsa. Kaboodi & Jiar (2012) menambahkan karakteristik orang yang kreatif adalah orang yang tidak hanya mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, namun juga orang yang mampu menstimulus untuk memproduksi pengetahuan baru di luar ilmu yang dipelajari.

Wang & Taichung (2011)juga pernah melakukan penelitian pada 133 siswa di Amerika Serikat untuk mengetahui hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan tingkat kreativitas. Seluruh responden pada penelitian tersebut menerima buku untuk mengidentifikasi tingkat kreativitasnya dan daftar pertanyaan. Hasil tes kemudian dikirimkan  ke Scholastic Testing Service Scoring Center untuk dikaji. Hasil penelitian tersebut menyatakan adanya hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan tingkat kreativitas.

Zhang (2010) pun juga pernah mengadakan penelitian serupa, dimana diketahui bahwa sikap kreatif ternyata berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang. Pemimpin yang kreatif akan lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah, mencari informasi dan seringkali mempunyai ide alternatif sebagai usaha dalam memecahkan masalah. Menjadi kreatif tentunya tidak datang serta merta dalam diri seseorang. Amabile (1988) dalam Zhang (2010) menyebutkan bahwa faktor intrinsik dan motivasi internal merupakan faktor yang dapat membentuk sifat kreatif ini.

Salah satu contoh karya kreatifitas yang menggila yang dicontohkan oleh perawat Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Universitas Indonesia (UI) adalah Sigit Mohammad Nuzul, S.Kep dan Budhi Mulyadi, M.Kep.,Sp.Kom serta Ahmad Zaki Anshori, S.Kom. Karya “gila” mereka bernama ATM Sehat yang memperoleh Juara 1 Lomba Inovasi Universitas Indonesia tahun 2017, menjadi finalis lomba inovasi Kemenristekdikti tahun 2017 dan memperoleh penghargaan Tanoto Foundation Student Research Award tahun 2017(Medianers, 2017). Bahkan karya mereka telah terdaftar Hak Paten di Kementerian Hukum dan HAM RI. Hebatnya lagi, ATM Sehat ciptaan mereka telah diproduksi oleh PT. Telehealth Indonesia untuk dipasarkan. ATM sehat mereka merupakan alat monitor kesehatan (tekanan darah, cek gula darah dan berat badan) yang dilengkapi dengan AED(Automatic External Devices) cek tekanan darah.


Sumber gambar : Medianers. (2017). Karya Anak Negri ATM Sehat Layanan Mirip ATM Bank. Diunduh pada tanggal 7 April 2017 di https://medianers.blogspot.co.id/2017/03/Anjungan-telehealth-masyarakat-sehat-atm-sehat.html.

Kesimpulan
Berdasarkan fenomena, dampak yang dirasa dan hasil penelitian yang mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa seorang tenaga kesehatan, apapun profesi kesehatannya, sangat dibutuhkan sifat kreatifitas, bahkan kreatifitas yang menggila.


REFERENSI
Isfahani, S. S., Hosseini, M. A., Khoshknab, M. F., & Khanke, H. R. (2015). Nurses ’ Creativity : Advantage or Disadvantage. Iran Red Crescent Med, 17(2), 1–6. http://doi.org/10.5812/ircmj.20895
Kaboodi, M., & Jiar, Y. K. (2012). Cognitive and trait creativity in relation with academic achievement. International Journal of Social Science and Humanity, 2(5). http://doi.org/10.7763/IJSSH.2012.V2.132
Karwowski, M. (2010). Are creative students really welcome in the classrooms ? Implicit theories of “ good ” and “ creative ” student ’ personality among polish teachers. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2, 1233–1237. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.03.179
Medianers. (2017). Karya Anak Negri ATM Sehat Layanan Mirip ATM Bank. Diunduh pada tanggal 7 April 2017 di https://medianers.blogspot.co.id/2017/03/Anjungan-telehealth-masyarakat-sehat-atm-sehat.html.
Poetry Foundation. (2017). Sylvia Plath.Diunduh pada tanggal 6 April 2017 di https://www.poetryfoundation.org/poems-and-poets/poets/detail/sylvia-plath
Wang, A. Y., & Taichung, N. (2011). Contexts of Creative Thinking : A Comparison on Creative Performance of Student Teachers in Taiwan and the United States. Journal of International and Cross-Cultural Studies, 2(1), 1–14.
Zhang, X. (2010). Linking empowering leadership and employee creativity : The influence of psychological empowerment , intrinsic motivation and creative process engagement. Academy of Management Journal, 53(1), 107–128.

Alamat Korespondensi :
Ratna Aryani
Staf dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I,
Jalan Cilandak Raya No.47 Cilandak Jakarta Selatan,

Hp : 085880293939, Email : ratna_aryani@poltekkesjakarta1.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar