KREATIVITAS
YANG MENGGILA
“The
worst enemy to creativity is self-doubt”
(Sylvia Plath)
Tulisan ini pernah dimuat
di Buletin BBPK Kemenkes Jakarta
Edisi Edisi September 2017
Pendahuluan
Pernahkah mendengar atau melihat quote
di atas ? Quote tersebut mempunyai arti kurang lebih : “Musuh utama kreativitas
adalah ragu-ragu”. Sylvia Plath (27 Oktober1932
– 11 Februari1963)
dikenal sebagai seorang penyair,
novelis,
cerpenis dan penulis
esai asal Amerika Serikat.
Salah satu novel semi-autobiografinya
yang paling fenomenal adalah The Bell Jaryang menceritakan perjuangan
melawan depresi(Poetry Foundation, 2017).
Namun pernahkah kita tahu bahwa untuk menjadi seseorang yang dikenal di
zamannya saat itu, ia pun pernah mengalami stress, blocking, bingung, merasa tak punya satu ide, serta dilingkupi rasa
ragu apakah karyanya akan disukai orang lain. Sampai akhirnya ia berusaha
“meng-kreatif-kan” dirinya untuk meminimalisir semuanya itu dengan cara membuat
mind map dan kemudian menulis bebas
tanpa memperdulikan apapun. Bahkan ia pun membuat jadwal khusus untuk memperbanyak
membaca dan menonton TV.
Saya seringkali mendapatkan
fenomena dari lingkungan sekitar ataupun mendengar secara langsung ketika mahasiswa
kesehatan under estimated dengan
dirinya sendiri : “Saya tidak bisa, Bu. Saya kan tidak kreatif, yang lain saja,
Bu. Dia (sambil menunjuk temannya) itu yang kreatif”. Saya tak habis pikir bagaimana
bisa statement ini bisa muncul di
kalangan well educated ? Sudahkah ada
usaha untuk “meng-kreatif-kan” seperti yang dilakukan Sylvia Plath ?
Dunia pendidikan (termasuk di
dalamnya institusi yang mencetak tenaga kesehatan) pun tampaknya juga hanya
terpatri untuk terus meng-update
kemampuan kognitif siswanya menjadi tenaga kesehatan yang full of knowledge, namun tidak full
of creativity. Sebenarnya hal ini tidak hanya ditemui di dunia pendidikan kesehatan
di Indonesia, namun juga di seluruh dunia pada umumnya. Karwowski (2010)
menyatakan bahwa sifat kreatif seringkali dianggap sepele dan tidak dianggap
penting ada dalam karakteristik seorang siswa yang diharapkan di institusi
pendidikan.
Pembahasan
Satu hal yang harus disyukuri,
perhatian dunia terhadap kreatifitas mulai mengalami pergeseran yang
menggembirakan. Khususnya di bidang keperawatan, saat inituntutan global juga
“memaksa’ perawat untuk lebih kreatif dalam membuat inovasi keperawatan.
Kreatifitas seorang perawat mempunyai peran yang sangat signifikan dalam
pemberian layanan kesehatan, terlebih jumlah perawat hampir mencapai 80% dari
jumlah tenaga kesehatan secara keseluruhan di dunia (Isfahani, Hosseini, Khoshknab, & Khanke, 2015).
Karwowski (2010)pernah
melakukan penelitian dengan responden 630 guru (84% guru perempuan) untuk
mengidentifikasi 5 karakteristik orang yang kreatifitas. Berdasarkan penelitian
tersebut, disimpulkan adanya 5 karakteristik utama sehingga orang tersebut
disebut kreatif atau tidak, yaitu : dinamis, cerdas, ramah dan mempunyai rasa
empati (Cronbach’s .80). Dalam
penelitian tersebut, ia pun menunjukkan banyak hal-hal yang mengejutkan dimana
dibuktikan bahwa sifat kreatif dapat membangun kehidupan yang lebih baik,
memperkuat individu dan masyarakat sekitarnya, bahkan berpengaruh terhadap
pembangunan bangsa. Kaboodi & Jiar (2012)
menambahkan karakteristik orang yang kreatif adalah orang yang tidak hanya
mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, namun juga orang yang mampu
menstimulus untuk memproduksi pengetahuan baru di luar ilmu yang dipelajari.
Wang & Taichung (2011)juga
pernah melakukan penelitian pada 133 siswa di Amerika Serikat untuk mengetahui
hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan tingkat kreativitas. Seluruh
responden pada penelitian tersebut menerima buku untuk mengidentifikasi tingkat
kreativitasnya dan daftar pertanyaan. Hasil tes kemudian dikirimkan ke Scholastic
Testing Service Scoring Center untuk dikaji. Hasil penelitian tersebut
menyatakan adanya hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan tingkat
kreativitas.
Zhang (2010)
pun juga pernah mengadakan penelitian serupa, dimana diketahui bahwa sikap
kreatif ternyata berpengaruh terhadap kepemimpinan seseorang. Pemimpin yang
kreatif akan lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah, mencari informasi dan
seringkali mempunyai ide alternatif sebagai usaha dalam memecahkan masalah.
Menjadi kreatif tentunya tidak datang serta merta dalam diri seseorang. Amabile
(1988) dalam Zhang (2010)
menyebutkan bahwa faktor intrinsik dan motivasi internal merupakan faktor yang
dapat membentuk sifat kreatif ini.
Salah satu contoh karya kreatifitas
yang menggila yang dicontohkan oleh perawat Indonesia yang sedang melanjutkan
studi di Universitas Indonesia (UI) adalah Sigit Mohammad Nuzul, S.Kep dan
Budhi Mulyadi, M.Kep.,Sp.Kom serta Ahmad Zaki Anshori, S.Kom. Karya “gila”
mereka bernama ATM Sehat yang memperoleh Juara 1 Lomba Inovasi
Universitas Indonesia tahun 2017, menjadi finalis lomba inovasi
Kemenristekdikti tahun 2017 dan memperoleh penghargaan Tanoto Foundation
Student Research Award tahun 2017(Medianers, 2017).
Bahkan karya mereka telah terdaftar Hak Paten di Kementerian Hukum dan HAM RI.
Hebatnya lagi, ATM Sehat ciptaan mereka telah diproduksi oleh PT. Telehealth
Indonesia untuk dipasarkan. ATM sehat mereka merupakan alat monitor kesehatan
(tekanan darah, cek gula darah dan berat badan) yang dilengkapi dengan AED(Automatic External Devices) cek tekanan
darah.
Sumber
gambar : Medianers. (2017). Karya Anak Negri ATM
Sehat Layanan Mirip ATM Bank. Diunduh pada tanggal 7 April 2017 di
https://medianers.blogspot.co.id/2017/03/Anjungan-telehealth-masyarakat-sehat-atm-sehat.html.
Kesimpulan
Berdasarkan fenomena, dampak yang
dirasa dan hasil penelitian yang mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa
seorang tenaga kesehatan, apapun profesi kesehatannya, sangat dibutuhkan sifat
kreatifitas, bahkan kreatifitas yang menggila.
REFERENSI
Isfahani, S. S., Hosseini, M. A., Khoshknab, M. F.,
& Khanke, H. R. (2015). Nurses ’ Creativity : Advantage or Disadvantage. Iran
Red Crescent Med, 17(2), 1–6. http://doi.org/10.5812/ircmj.20895
Kaboodi, M., & Jiar, Y. K. (2012). Cognitive and trait
creativity in relation with academic achievement. International Journal of
Social Science and Humanity, 2(5).
http://doi.org/10.7763/IJSSH.2012.V2.132
Karwowski, M. (2010). Are creative students really welcome in
the classrooms ? Implicit theories of “ good ” and “ creative ” student ’
personality among polish teachers. Procedia Social and Behavioral Sciences,
2, 1233–1237. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2010.03.179
Medianers. (2017). Karya Anak Negri ATM Sehat Layanan Mirip
ATM Bank. Diunduh pada tanggal 7 April 2017 di
https://medianers.blogspot.co.id/2017/03/Anjungan-telehealth-masyarakat-sehat-atm-sehat.html.
Poetry Foundation. (2017). Sylvia Plath.Diunduh pada tanggal
6 April 2017 di
https://www.poetryfoundation.org/poems-and-poets/poets/detail/sylvia-plath
Wang, A. Y., & Taichung, N. (2011). Contexts of Creative
Thinking : A Comparison on Creative Performance of Student Teachers in Taiwan
and the United States. Journal of International and Cross-Cultural Studies,
2(1), 1–14.
Zhang, X. (2010). Linking empowering leadership and employee
creativity : The influence of psychological empowerment , intrinsic motivation
and creative process engagement. Academy of Management Journal, 53(1),
107–128.
Alamat Korespondensi :
Ratna Aryani
Staf dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I,
Jalan Cilandak Raya No.47 Cilandak Jakarta Selatan,
Hp : 085880293939, Email : ratna_aryani@poltekkesjakarta1.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar